Minggu, 10 April 2011

MANGROVE, TUMBUHAN UNIK DI WILAYAH ESTUARI





Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen,2000).
Kawasan estuari merupakan kawasan dengan keadaan lingkungan yang berbeda dari lingkungan yang lain. kawasan mangrove adalah kawasan yang tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut. Oleh karena itu, kawasan hutan mangrove selalu tergenang air dan memiliki salinitas tinggi.
Gbr. Achantus ilicifolius


























Selain itu lingkungannya termasuk memiliki suhu dan radisai sinar matahari yang tinggi. Berbagai  kondisi lingkungan di atas, akan menyebabkan terganggunya metabolisme tumbuhan dan pada akhirnya akan menyebabkan terganggunya metabolisme tumbuhan dan pada akhirnya akan menyebabkan rendahnya produktivitas atau laju pertumbuhan tanaman.  Walaupun demikian, hutan mangrove dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan ekstrim tersebut dan berdasarkan berbagai pustaka diketahui bahwa hutan mangrove memiliki produktivitas tinggi.

Beberapa cara vegetasi mangrove dalam beradaptasi  secara anatomi dalam merespon  berbagai kondisi ekstrim tempat tumbuh, seperti adanya kelenjar garam pada golongan secreter (memiliki kelenjar garam), dan kulit yang mengelupas pada golongan yang non screter sebagai tanggapan terhadap lingkungan yang bersalinitas tinggi. Kemudian system perakaran yang khas dan lenti sel sebagai tanggapan terhadap tanah yang jenuh air dan struktur dan posisi daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari  dan suhu yang tinggi.

Adaptasi mangrove secara anatomi terhadap keadaan tanah dan kekurangan oksigen adalah melalui system perakaran yang khas. Tiga bentuk sistem perakaran pada tumbuhan mangrove yaitu akar lutur (knee roots), contohnya pada Bruguiera spp., yang memberikan kesempatan bagi oksigen masuk ke system perakaran, akar nafas (pneumatophore roots) contohnya pada Sonneratia spp.,   dan Avicennia spp., yang  muncul pada permukaan tanah untuk aerasi, dan akar tunjang (stilt roots), cotohnya pada Rhizophora spp., yang berbentuk seperti jangkar.


Zonasi Pada Mangrove
KOMPOSISI JENIS DAN ZONASI MANGROVE
Kemampuan adaptasi dari tiap jenis terhadap keadaan lingkungan menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi hutan mangrove dengan batas-batas yang khas. Hal ini merupakan akibat adanya pengaruh dari kondisi tanah, kadar garam, lamanya penggenangan dan arus pasang surut. Komposisi mangrove terdiri dari jenis-jenis yang khas dan jenis tumbuhan lainnya.
Vegetasi mangrove menjadi dua kelompok, yaitu:
1.      Kelompok utama, terdiri dari Rhizophora, Sonneratia, Avicennia, Xylocarpus.
2.     Kelompok tambahan, meliputi Excoecaria agallocha, Aegicerassp., Lumnitzera, dan lainnya.
Daya adaptasi atau toleransi jenis tumbuhan mangrove terhadap kondisi lingkungan yang ada mempengaruhi terjadinya zonasi atau permintakatan pada kawasan hutan mangrove. Permintakatan jenis tumbuhan mangrove dapat dilihat sebagai proses suksesi dan merupakan hasil reaksi ekosistem dengan kekuatan yang datang dari luar seperti tipe tanah, salinitas, tingginya ketergenangan air dan pasang surut.

Pembagian zonasi kawasan mangrove yang dipengaruhi adanya perbedaan penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi :
1.   Zona garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia alba.
2.  Zona tengah, merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris dan Lumnitzera littorea.
3.   Zona belakang, yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis tumbuhan yang biasanya muncul antara lain Achantus ebracteatus, A. ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Baringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan Thespesia populnea.

Hutan mangrove juga dapat dibagi  menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:
1.      Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.
2.       Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang.
3.       Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.
4.        Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan daratan.


Keberadaan spesies mangrove tergantung pada tingkat toleransi tiap spesies terhadap salinitas air yang terdapat pada zonasinya. Mangrove sejenis Avicennia dan Sonneratia memiliki toleransi terhadap salinitas air yang lebih tinggi dari pada tipe tipe lain, sehingga kedua mangrove tersebut penempatannya di lapisan terluas zonasi. Sebaliknya, pada Nypa, memiliki toleransi terhadap salinitas yang paling kecil sehinggaberada di lapisan terdalam zonasi. 

Zonasi Mangrove

Study Cases

Mangrove membentuk suatu zonasi yang didasari oleh dominansi spesies yang terdapat pada daerah tersebut. Zonasi dimulai dari garis batas antara laut dan darat sampai daerah pasang tertinggi.  Perkembangan spesies yang mendominasi pada zonasi tersebut tak lepas dari topografi, jenis tanah, salinitas, serta faktor faktor luar lain yang terdapat di zona tersebut.
Ada keadaan terdapat bibit Sonneratia caseolaris yang biasa ditanam pada zonasi bagian tengah dicoba ditanam di zonasi terluar yang biasa ditempatkan untuk Sonneratia alba, dan pada akhirnya bibit Sonneratia caseolaris tersebut tumbuh menjadi Sonneratia alba. Peristiwa ini disebutkan terjadi di Wonorejo, Surabaya tetapi masih belum ada penelitian tertulis mengenai hal ini.  Sementara ini kami hanya bisa menyimpulkan berdasarkan salinitas zonasi tersebut. Tentunya zonasi terluar memiliki salinitas lebih tinggi daripada zonasi tengah, serta zonasi luar akan cenderung lebih lama tergenang air daripada zona lain. Silahkan, kira- kira ada yang ingin berpendapat tidak? apakah hal ini benar bisa terjadi??? Jawaban anda kami tunggu di bioplantlife..

0 komentar:

Posting Komentar